JAKARTA - Harga sembako menjadi perhatian utama masyarakat karena berpengaruh langsung terhadap pengeluaran rumah tangga. Hari ini, Kamis, 18 Desember 2025, beberapa bahan pokok di Jawa Timur menunjukkan tren penurunan, terutama cabai dan bawang merah.
Sembako, atau sembilan bahan pokok, mencakup kebutuhan dasar rumah tangga yang meliputi beras, gula pasir, minyak goreng, daging sapi dan ayam, telur ayam, susu, bawang merah dan putih, gas elpiji, minyak tanah, serta garam. Selain itu, komoditas penting lain seperti cabai turut menjadi sorotan karena fluktuasinya memengaruhi daya beli masyarakat.
Daftar Harga Sembako Terbaru di Jawa Timur
Beras premium dijual Rp 14.879 per kilogram, sedangkan beras medium berada di kisaran Rp 12.893 per kilogram. Harga gula kristal putih mencapai Rp 16.438 per kilogram, sementara minyak goreng curah dipatok Rp 18.696 per kilogram.
Untuk minyak goreng kemasan, harga premium Rp 20.301 per liter dan kemasan sederhana Rp 17.448 per liter. Minyak goreng merek Minyakita dijual Rp 16.754 per liter.
Daging sapi paha belakang dibanderol Rp 120.153 per kilogram, daging ayam ras Rp 37.538 per kilogram, dan ayam kampung Rp 69.069 per kilogram. Telur ayam ras mencapai Rp 29.604 per kilogram, sedangkan telur ayam kampung Rp 46.430 per kilogram.
Susu kental manis merek Bendera Rp 12.368 untuk 370 gram dan Indomilk Rp 12.322 untuk kemasan serupa. Susu bubuk Bendera dijual Rp 41.558 untuk 400 gram per dos, dan Indomilk Rp 40.445 per dos.
Garam bata Rp 1.794, garam halus Rp 9.415 per kilogram. Cabai merah keriting Rp 47.585 per kilogram, cabai merah besar Rp 43.546 per kilogram, dan cabai rawit merah Rp 56.261 per kilogram.
Bawang merah turun menjadi Rp 44.302 per kilogram, sementara bawang putih Rp 30.544 per kilogram. Gas elpiji ukuran tertentu dijual Rp 19.738 per tabung.
Berdasarkan data Siskaperbapo Jawa Timur, harga bawang merah turun Rp 702 atau 1,56 persen. Cabai keriting turun Rp 2.809 atau 5,57 persen, cabai besar turun Rp 2.352 atau 5,12 persen, dan cabai rawit merah turun Rp 6.578 atau 10,47 persen.
Sementara itu, telur ayam kampung turun Rp 224 atau 0,48 persen, sedangkan harga daging sapi naik Rp 404 atau 0,34 persen. Perubahan harga ini menandai dinamika pasar sembako yang masih fluktuatif menjelang akhir tahun.
Faktor Penyebab Perubahan Harga Sembako
Perubahan harga sembako dipengaruhi oleh berbagai faktor, mulai dari biaya produksi hingga kondisi cuaca. Permintaan yang meningkat dengan pasokan yang tetap atau berkurang cenderung mendorong kenaikan harga.
Sebaliknya, ketika pasokan lebih banyak dari permintaan, harga akan menurun. Cuaca ekstrem, bencana alam, atau perubahan musim dapat memengaruhi produksi pertanian dan menimbulkan fluktuasi harga.
Kebijakan pemerintah, seperti regulasi impor, subsidi, atau pajak, juga ikut menentukan harga sembako. Misalnya, pembatasan impor atau perubahan tarif dapat meningkatkan atau menurunkan harga bahan pokok tertentu.
Kenaikan biaya produksi seperti pupuk, bahan bakar, dan upah pekerja berdampak langsung pada harga sembako. Fluktuasi nilai tukar mata uang, terutama untuk bahan pokok impor, membuat harga lebih rentan berubah.
Inflasi tinggi cenderung menyebabkan kenaikan harga karena biaya barang dan jasa meningkat. Kondisi ekonomi yang tidak stabil dapat memperburuk situasi, sehingga harga sembako bisa melonjak secara signifikan.
Masalah logistik dan distribusi, termasuk kemacetan atau pemogokan, juga berpotensi menunda pengiriman. Keterlambatan ini mengurangi pasokan di pasar dan berakibat naiknya harga.
Berbagai faktor tersebut menegaskan pentingnya pengawasan harga dan kebijakan yang tepat. Harga sembako yang stabil dapat membantu masyarakat mengatur anggaran rumah tangga dengan lebih efektif.
Tips Memantau Harga Sembako
Masyarakat disarankan memantau harga sembako secara berkala, karena harga dapat berbeda di tiap pasar dan daerah. Platform resmi seperti Siskaperbapo menyediakan informasi terkini agar konsumen dapat membandingkan harga dan menyesuaikan belanja.
Mengawasi harga cabai dan bawang merah penting karena komoditas ini sering mengalami fluktuasi signifikan. Kenaikan atau penurunan harga kedua bahan pokok ini berdampak langsung pada biaya belanja sehari-hari keluarga.
Perubahan harga sembako juga harus dipahami terkait musim dan kondisi panen. Dengan mengetahui faktor-faktor ini, konsumen bisa lebih bijak dalam mengatur pembelian bahan pokok.
Stabilitas harga sembako menjadi indikator penting bagi perekonomian daerah. Pemerintah dan pelaku usaha perlu terus bekerja sama untuk menjaga pasokan dan mencegah lonjakan harga yang merugikan masyarakat.
Selain itu, masyarakat disarankan memanfaatkan alternatif pasar atau distributor yang menawarkan harga lebih kompetitif. Hal ini membantu konsumen mendapatkan sembako dengan kualitas baik tanpa membebani anggaran rumah tangga.
Pemahaman terhadap faktor penyebab perubahan harga sembako membantu masyarakat menyesuaikan pola belanja. Misalnya, membeli cabai atau bawang merah saat harga relatif rendah dapat menghemat pengeluaran bulanan.
Dengan pengawasan dan informasi harga yang akurat, konsumen dapat memaksimalkan daya beli. Harga sembako yang transparan dan terkini mendukung perencanaan keuangan keluarga yang lebih baik.