Harga Minyak Dunia Tertekan Isu Perdamaian Rusia-Ukraina dan Lemahnya Permintaan Global

Selasa, 16 Desember 2025 | 11:29:15 WIB
Harga Minyak Dunia Tertekan Isu Perdamaian Rusia-Ukraina dan Lemahnya Permintaan Global

JAKARTA - Pergerakan harga minyak dunia kembali menunjukkan tekanan pada awal perdagangan hari ini. Pelemahan ini memperpanjang koreksi yang sudah terjadi pada sesi sebelumnya.

Sentimen pasar kali ini banyak dipengaruhi oleh isu geopolitik global. Prospek kesepakatan damai antara Rusia dan Ukraina dinilai semakin menguat.

Harapan tercapainya perdamaian tersebut memicu ekspektasi pelonggaran sanksi. Kondisi ini dinilai berpotensi menambah pasokan energi ke pasar global.

Pada Selasa, 16 Desember 2025, pukul 08.45 WIB, harga minyak mentah Brent mengalami penurunan. Kontrak pengiriman Februari 2026 tercatat melemah 24 sen atau 0,40 persen.

Harga Brent berada di level US$ 60,32 per barel. Angka ini mencerminkan respons pasar terhadap kombinasi sentimen geopolitik dan ekonomi.

Sejalan dengan Brent, harga minyak mentah West Texas Intermediate juga terkoreksi. Kontrak pengiriman Januari 2026 tercatat melemah 22 sen.

Penurunan tersebut setara dengan 0,39 persen. Harga WTI kini berada di level US$ 56,60 per barel.

Pengaruh Isu Geopolitik Terhadap Harga Minyak

Isu geopolitik kembali menjadi faktor utama pergerakan harga minyak. Amerika Serikat disebut menawarkan jaminan keamanan ala NATO kepada Ukraina.

Pembahasan tersebut dilakukan dalam pertemuan dengan presiden Ukraina di Berlin. Langkah ini disebut belum pernah terjadi sebelumnya.

Tawaran jaminan keamanan tersebut memicu optimisme di sejumlah ibu kota Eropa. Banyak pihak menilai pembicaraan semakin mendekati negosiasi damai.

Jika konflik berakhir, potensi pelonggaran sanksi terhadap Rusia semakin terbuka. Kondisi ini berpotensi meningkatkan suplai energi global.

Pasar minyak merespons cepat terhadap perkembangan ini. Ekspektasi tambahan pasokan membuat harga minyak tertekan.

Pelaku pasar memperkirakan arus minyak dari Rusia bisa kembali normal. Hal tersebut dinilai akan mengurangi kekhawatiran kekurangan pasokan.

Namun, optimisme geopolitik ini tidak berdiri sendiri. Ada faktor lain yang turut membebani pergerakan harga minyak.

Data Ekonomi China Jadi Tekanan Tambahan

Tekanan tambahan datang dari data ekonomi China yang dirilis baru-baru ini. Data tersebut menunjukkan perlambatan aktivitas ekonomi.

Analis pasar menilai kondisi ini memperburuk sentimen permintaan global. Kekhawatiran akan lemahnya konsumsi energi kembali mencuat.

Tony Sycamore dari IG menyebut data ekonomi China memperkuat kekhawatiran pasar. Permintaan global dinilai belum cukup kuat menyerap pasokan baru.

Produksi pabrik China tercatat melambat ke level terendah dalam 15 bulan. Data resmi ini dirilis pada hari Senin.

Perlambatan tersebut mencerminkan lemahnya aktivitas manufaktur. Kondisi ini berdampak langsung pada kebutuhan energi industri.

Selain itu, penjualan ritel di China juga tumbuh melambat. Pertumbuhannya tercatat paling lambat sejak Desember 2022.

Periode tersebut bertepatan dengan masa pandemi COVID-19. Hal ini menunjukkan pemulihan konsumsi domestik belum sepenuhnya solid.

Dampak Perlambatan Ekonomi Terhadap Permintaan Minyak

Data ekonomi tersebut menimbulkan kekhawatiran baru. Strategi China yang mengandalkan ekspor dinilai mulai goyah.

Ekspor selama ini menjadi penopang utama pertumbuhan ekonomi. Namun, permintaan domestik yang lemah membuat strategi ini berisiko.

Jika perekonomian melambat, konsumsi energi otomatis ikut tertekan. Hal ini berdampak signifikan pada pasar minyak global.

China merupakan pembeli minyak terbesar di dunia. Perubahan kecil pada permintaan negara ini dapat memengaruhi harga global.

Selain faktor ekonomi, tren kendaraan listrik juga menjadi tantangan. Peningkatan penggunaan kendaraan listrik menekan konsumsi bahan bakar fosil.

Transisi energi yang semakin cepat mempersempit ruang pertumbuhan permintaan minyak. Kondisi ini membuat pasar lebih sensitif terhadap data ekonomi.

Kombinasi perlambatan ekonomi dan transisi energi menciptakan tekanan ganda. Harga minyak pun semakin sulit menguat.

Pasokan dan Dinamika Pasar Global

Di sisi lain, pasar sempat dihadapkan pada isu pasokan. Amerika Serikat menyita sebuah kapal tanker minyak di lepas pantai Venezuela.

Penyitaan tersebut sempat memicu kekhawatiran gangguan pasokan. Namun, dampaknya dinilai terbatas oleh pelaku pasar.

Pedagang dan analis menyebut adanya kelebihan penyimpanan terapung. Kondisi ini membuat pasar masih relatif longgar.

Selain itu, lonjakan pembelian China dari Venezuela juga menjadi faktor. Pembelian tersebut dilakukan sebagai antisipasi terhadap sanksi.

Langkah China ini membantu menjaga ketersediaan pasokan. Dampak penyitaan kapal tanker pun menjadi kurang signifikan.

Pasar menilai faktor permintaan saat ini lebih dominan. Selama permintaan global belum menunjukkan perbaikan, harga sulit menguat.

Keseimbangan antara pasokan dan permintaan masih rapuh. Sentimen negatif dengan mudah menekan pergerakan harga.

Investor kini cenderung bersikap hati-hati. Setiap perkembangan geopolitik dan data ekonomi dipantau secara ketat.

Pergerakan harga minyak ke depan diperkirakan tetap volatil. Kombinasi faktor geopolitik, ekonomi, dan transisi energi akan terus memengaruhi pasar.

Selama ketidakpastian global masih tinggi, fluktuasi harga sulit dihindari. Pelaku pasar pun bersiap menghadapi dinamika yang cepat berubah.

Terkini