Kolaborasi Nasional Diperkuat untuk Kemandirian Teknologi Logam Tanah Jarang

Senin, 03 November 2025 | 14:10:34 WIB
Kolaborasi Nasional Diperkuat untuk Kemandirian Teknologi Logam Tanah Jarang

JAKARTA - Indonesia memiliki potensi besar logam tanah jarang yang dapat menjadi kunci pengembangan industri bernilai tinggi. Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Mendiktisaintek) Brian Yuliarto menekankan bahwa penguasaan teknologi, bukan sekadar kekayaan alam, menjadi faktor utama kemandirian nasional.

Menurut Brian, langkah strategis harus fokus pada riset, pengembangan teknologi, dan pembangunan industri berbasis logam tanah jarang. Keberhasilan ekonomi bangsa bergantung pada kemampuan mengolah sumber daya secara inovatif, bukan sekadar mengekspor bahan mentah.

Belajar dari Negara yang Sukses Mengolah Mineral Strategis

Brian mencontohkan Jepang, Korea, dan China sebagai negara yang berhasil memaksimalkan nilai tambah mineral strategis melalui riset teknologi. Indonesia harus meniru pendekatan tersebut agar tidak mengulang sejarah ketika bahan mentah diekspor murah lalu diimpor kembali dalam bentuk barang jadi bernilai tinggi.

Penguasaan teknologi nasional menjadi satu-satunya cara memastikan industri domestik mampu memproses mineral kritis sendiri. Tanpa strategi ini, potensi ekonomi dari logam tanah jarang tidak akan optimal.

Peran Akademisi dalam Pengembangan Riset Logam Tanah Jarang

Rektor Institut Teknologi Bandung (ITB) Tatacipta Dirgantara menekankan pentingnya kolaborasi lintas disiplin untuk riset logam tanah jarang. Sinergi antar fakultas, pusat riset, dan dunia industri menjadi kunci untuk memperkuat kontribusi akademik dari hulu hingga hilir.

Penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi harus menjadi fondasi dalam pengelolaan sumber daya alam. ITB siap menjadi penggerak utama pengembangan riset mineral strategis dengan pendekatan ilmiah dan praktis.

Eksplorasi Potensi Mineral yang Belum Dimanfaatkan

Indonesia memiliki 15 jalur metalogeni dengan total panjang 15.000 km, namun baru separuhnya yang tereksplorasi. Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Yuliot Tanjung menegaskan potensi logam tanah jarang dan mineral kritis masih sangat besar, tetapi belum dimanfaatkan secara maksimal.

Kebutuhan industri domestik dan pengembangan hilirisasi teknologi menunjukkan urgensi eksplorasi yang lebih intensif. Pemanfaatan penuh mineral strategis akan memberikan nilai tambah signifikan bagi ekonomi nasional.

Kolaborasi Perguruan Tinggi dan Pemerintah dalam Eksplorasi

Kementerian ESDM menggandeng beberapa perguruan tinggi ternama, termasuk ITB, UGM, UPN Veteran Yogyakarta, dan Unpad, untuk memperkuat kegiatan eksplorasi mineral dan batubara. Kolaborasi ini bertujuan meningkatkan kapasitas riset sekaligus mendorong pengembangan teknologi hilirisasi di Indonesia.

Sinergi antara akademisi dan pemerintah diharapkan mampu mengoptimalkan potensi mineral strategis. Hasil riset yang terintegrasi akan mendorong terciptanya industri nasional yang mandiri dan berdaya saing tinggi.

Strategi Menuju Kemandirian Teknologi

Penguasaan teknologi logam tanah jarang menjadi tonggak penting kemandirian industri nasional. Melalui kolaborasi lintas disiplin, riset berbasis teknologi, dan pemanfaatan potensi mineral yang belum dieksplorasi, Indonesia berpeluang mengubah sumber daya alam menjadi kekuatan ekonomi yang berkelanjutan.

Terkini

Cara Membatalkan Pesanan di Blibli Lewat HP dan Komputer

Senin, 03 November 2025 | 22:12:54 WIB

10 Strategi Digital Marketing UMKM biar Naik Kelas

Senin, 03 November 2025 | 22:12:53 WIB

Aturan Penagihan Utang Debt Collector Terbaru 2025

Senin, 03 November 2025 | 22:12:52 WIB

6 Cara Top Up Flazz BCA Mobile dan Tips dan Anti Ribet!

Senin, 03 November 2025 | 19:35:15 WIB